Jumat, 07 Januari 2011

Surat Untuk Firman Utina

Surat Untuk Firman Utina

Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.

Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata "bisa" belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.

Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.

Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!

Jumat, 10 Desember 2010

From a Badminton Freak

Tak perlulah kau ajak aku nonton romantisnya konser Andrea Bocelli,
Cukuplah bila kau mau menemaniku seharian nongkrong di stadion bulutangkis.

Tak perlulah kau bangun sebuah istana megah untukku,
Cukuplah bila kau hadiahi aku TV Kabel agar dapat menonton siaran turnamen bulutangkis luar negeri yang jarang disiarkan TV Indonesia.

Tak perlulah kau hadiahi aku cincin berlian,
Cukuplah bila kau belikan aku seperangkat raket Yonex yang biasa dipakai Lin Dan.

Tak perlulah kau ajak aku ke restoran mahal untuk candle light dinner,
Cukuplah bila kau dapat bergembira bersamaku menonton kejuaraan Thomas Uber.

Tak perlulah kau bacakan bait-bait indah puisi Khalil Gibran,
Cukuplah bila kau bacakan release rangking WBF tiap minggunya.

Tak perlu kau merangkai puisi indah untukku,
Cukuplah bila kau bantu aku merangkai kata-kata unik di spanduk suporter yang akan kubentang di kejuaraan All England.

Tak perlulah kau belikan aku gaun mahal,
Cukuplah bila kau bersedia mendapatkan tanda tangan Bao Chun Lai, Roman Spitko, atau Taufik Hidayat untukku.

Tak perlulah kau kirim berjuta-juta mawar merah untukku,
Cukuplah bila kau bantu agar aku dapat berfoto bersama Maria Kristin.

Tak perlulah kau berlutut di hadapanku dan mencium tanganku.
Cukuplah bila kau ijinkan aku mengecat pipiku, mengenakan atribut heboh, dan berteriak-teriak penuh semangat di bangku suporter kala kejuaraan badminton berlangsung.

Tak perlulah kau berdiri di bawah sinar rembulan untukku, menyanyikan sebuah lagu romantis,
Cukuplah bila tak kau anggap konyol ideku mengepel lapangan bulutangkis.

Tak perlulah kau ubah dirimu agar tampak sempurna dihadapanku,
Cukuplah bila kau terima aku apa adanya, termasuk kegilaanku akan bulutangkis

Sabtu, 04 Desember 2010

Nyanyian Sahabat

Persahabatan adalah hidup
Ia mengalir di darahku
Bergetar di nadiku
Berirama dengan detak jantungku


Persahabatan adalah kokoh
Setegar batu karang
Sekuat besi baja
Meski raga tumbang
Ia selalu ada di dalam hati setiap manusia


Ini untukmu kawan,
Seseorang yang membuatku merasa bahagia


Ini untukmu kawan,
Untukmu yang selalu menemaniku dalam apapun...


Persahabatan adalah nyanyian
Yang selalu mengalun dengan indah
Di setiap waktu...
Selamanya....

Jumat, 19 November 2010

Kita Selamanya...

eiyo… it’s not the end, it’s just beginning
 ok… detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda skenario… eyo… baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu
masa jaya putih biru atau abu-abu

memori crita cinta aku, dia dan kamu

saat dia (dia) dia masuki alam pikiran
ilmu bumi dan sekitarnya jadi kudapan
cinta masa sekolah yang pernah terjadi
dat was the moment a part of sweet memory
kita membumi, melangkah berdua
kita ciptakan hangat sebuah cerita
mulai dewasa, cemburu dan bungah
finally now, its our time to make a history

bergegaslah, kawan… tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!

kenanglah sahabat… kita untuk slamanya

satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan
saat duka bersama, tawa bersama
berpacu dalam prestasi… (huh) hal yang biasa
satu persatu memori terekam
didalam api semangat yang tak mudah padam
kuyakin kau pasti sama dengan diriku
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu
kawan… kau tahu, kawan… kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan


bergegaslah, kawan… tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat… kita untuk slamanya













KITA UNTUK SELAMANYA SAHABAT!!!!

Bayang Seorang Manusia..

Ku berpijar sendiri disini
Terasa letih dihati
Tanpa ditemani sesosok pemenang dalam hati...


Ku terdiam membisu...
Tak bisa kukatakan secuil perasaanku
Terhadap sesuatu yang kau lakukan padaku...


Inikah dirimu?
Yang kurasa dapat menghapus kepedihan dihatiku
Yang dahulu selalu ada untukku
Menghiburku...
Bersamaku...


Tapi kini....
Kau telah pergi dari hidupku
Tak berpijar disini untukku...
Dimanakah dirimu kawan?
DIMANA?
Aku tak tahu...


Yang kuharapkan hanya satu...
Kau tetap bahagia bersama kehidupanmu..
Yang...
Tanpa diriku...


Dan kini hanya sepi menemani...
Tanpa sang sahabat sejati...













*****************************************************************************************

Puisi pertama saya... Sekiranya yang pertama kali harus dikomen memang judulnya yak?
Hhh, sepertinya begitu. Karena saya pun rada ga mudeng di bagian  judulnya. Ckck -.-

Selasa, 16 November 2010

Belum ada 1 jam saya udah ngepost entry baru lagi -.- . Hahaha...

Mimpi... Tentu, semua orang punya mimpi. Dari hal - hal sederhana -atau terlalu sederhana- seperti begini ;
:"Mimpimu apaan?"
::"Dapet nilai 100"

Itu salah satu contohnya. Hingga mimpi yang menurut kita mustahil -sampai kita meremehkannya-. Padahal baginya tidak. Semua ini mungkin. Apa sih yang tidak mungkin? Salahkah kalau ada anak yang ingin seperti ALBERT EINSTEIN? Salahkah ada anak yang ingin menjadi Presiden? Tentu saja tidak.

Tapi ya dia tidak mungkin menjadi presiden!

Mungkin. Kalau seandainya seorang presiden yang dulu latar belakangnya kurang, kita bertanya kepada beliau,
"Dulu, apa cita cita anda melihat keterbatasan kehidupan anda?"
"Latar belakang hanya 0, sekian % faktor untuk mewujudkan mimpi. Faktor utamanya ya Semangat. Dulu, saya bercita cita menjadi presiden. Dan alhamdulillah sekarang cita cita saya diwujudkan..."


Jadi, semua yang terjadi itu mungkin. Tidak ada salahnya bermimpi. Tapi, tidak hanya bermimpi, berusahalah sedikit demi sedikit untuk meraih mimpi tersebut.

_________________________________________________________________________________________________

                                                          *************************************************

Senin, 15 November 2010

Tentang....

Entry yang satu ini tentang satu bagian dari aku. Satu yang tidak pernah bisa terlupakan ketika hari libur. Yang membuat aku gila setengah mati. Yang membuat aku loncat loncat. Yang bisa membuat aku menangis. Yang membuat aku langsung terhibur ketika sedih... Yang membuat hidup ini menjadi lebih have fun.


BADMINTON...


Yhups, Badminton. Aku sangat suka dengan olahraga yang 1 ini. Sangat suka memainkan olahraga ini. Intinya, olahraga yang terbaik menurutku...!

Dan satu lagi,



BADMINTON LOVERS


Sahabat sahabat terbaikku. Yang sering setres - setressan. Sering gila - gilaan. Sering.... Sharing bareng. Berkat Badminton Lovers, rasanya susah untuk sehari tanpa facebook -.- karena disana bisa dibilang 'pusat' nya BL -singkatan badmintonlovers-

Sepertinya memang harus sangat berterima kasih kepada FACEBOOK atas jasanya sudah mempersatukan BL dari Sabang sampai Merauke. Berkat Facebook, aku kenal BL Surabaya, Palembang, Padang, Sulawesi, Kalimantan, Bali, di Semarang juga ada ^v^